Insights
Angela Huang
•
5 menit
MemBaca
•
Jun 20, 2024
Baterai lithium global sedang mengalami pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan diproyeksikan akan terus tumbuh dari $26,88 miliar pada 2024 menjadi $134,02 miliar pada 2032.
Sebagian besar pertumbuhan tersebut didorong oleh investasi besar dalam produksi baterai kendaraan listrik (EV). Tentu ini menjadi wawasan pasar global yang penting mengenai ekspansi di masa depan.
Pada 2023 Cina sebagai bagian dari wilayah Asia Pasifik menguasai lebih dari 58,0% pangsa pendapatan pasar yang juga didorong oleh investasi berkelanjutan.
Maraknya penggunaan baterai isi ulang lithium-ion pada perangkat elektronik dan kendaraan listrik yang meningkat pesat disebabkan densitas energi tinggi dan umur pakai yang lama. Permintaan ini mengakibatkan bertambahnya penggunaan lithium, yang diperoleh dari berbagai sumber seperti brine dan pegmatit.
Dengan pertumbuhan industri baterai kendaraan listrik dan penyimpanan energi terbarukan, menunjukkan bahwa permintaan baterai lithium-ion ini akan terus meningkat.
Seiring dengan matangnya pasar kendaraan listrik, daur ulang dan penggunaan kembali baterai akan menjadi sangat penting untuk konservasi sumber daya dan keberlanjutan lingkungan.
Peralihan menuju elektrifikasi ini merupakan komponen kunci dari transisi energi yang lebih luas, yang awalnya berfokus pada pengurangan penggunaan bahan bakar fosil kemudian beralih ke sumber energi terbarukan untuk mengatasi perubahan iklim secara efektif.
Pada 2023, tren meningkatnya investasi strategis dalam pasokan lithium melebihi $1 miliar dari produsen otomotif besar dan produsen lainnya. Seperti investasi $650 juta dari Perusahaan General Motors (GM) di Lithium Americas dan alokasi $110 juta dari Albemarle untuk Patriot Battery Metals. Investasi ini didorong oleh kebutuhan untuk mengamankan bahan baku baterai.
Secara bersamaan, industri baterai kendaraan listrik atau electronic vehicle (EV) yang terus berkembang didorong oleh meningkatnya penetrasi EV secara global. Ketika EV menjadi arus utama, permintaan terhadap baterai lithium yang akan semakin meningkat, didorong oleh kebutuhan akan baterai yang juga memperhitungkan besaran biaya produksinya.
Meskipun demikian kelebihan pasokan saat ini diperkirakan akan berkurang seiring meningkatnya permintaan, namun harga lithium diprediksi akan pulih kembali, mencerminkan sifat dari siklus pasar ini. Lonjakan EV yang didorong oleh baterai lithium-ion sedang membentuk ulang lanskap industri otomotif.
Meskipun terdapat tantangan awal seperti biaya tinggi dan keterbatasan infrastruktur, upaya keberlanjutan dalam rantai pasokan semakin memperkuat alasan untuk mengadopsi EV.
Sementara China memimpin penjualan EV global pada tahun 2021 karena subsidi dan peningkatan jarak tempuh kendaraan listrik. Sedangkan Eropa mengalami lonjakan penjualan sebesar 66% antara tahun 2020 dan 2021, didorong oleh kendaraan plug-in hybrid dan standar emisi yang ketat.
Namun, ekspansi pasar EV masih terkonsentrasi di Cinaa, Eropa, dan AS, sementara wilayah lain tertinggal karena faktor-faktor seperti subsidi yang terbatas, infrastruktur pengisian daya yang kurang memadai, dan harga EV yang relatif masih tinggi.
Tesla tetap mendominasi pasar EV, bersaing dengan para pendatang baru seperti Hyundai dan Kia. Namun, ketidakpastian masih ada di pasar AS akibat faktor politik dan pajak. Bloomberg Intelligence memprediksi bahwa Tesla dan BYD akan memimpin penjualan EV, sementara Volkswagen diperkirakan akan mengalami penurunan.
Insight dari pasar global dari para analis memperkirakan bahwa model mesin pembakaran internal (seperti bensin atau diesel) masih akan tetap mempunyai banyak peminat. Dengan posisi Volkswagen diperkirakan melemah saat Tesla mempunyai pengaruh yang kuat, terutama dalam segmen kendaraan listrik.
Penurunan harga baterai lithium terutama disebabkan oleh perlambatan penjualan kendaraan listrik (EV) di China dan penurunan ekonomi secara keseluruhan di negara tersebut. Harga lithium karbonat di China mengalami penurunan cukup drastis, anjlok sebesar 67% dari tahun ke tahun dari puncaknya pada November 2022 ke level terendah dalam dua tahun terakhir.
Kelebihan pasokan EV di China disebabkan oleh produsen dalam negeri yang memproduksi secara berlebihan. Hingga pada akhirnya menyebabkan produksi katoda (elektroda yang menerima elektron) menjadi berlebih ketimbang menghentikan pengoperasian pabrik. Akan tetapi strategi ini menjadi seperti bumerang, menyebabkan kerugian dan semakin menurunkan harga lithium.
Diperkirakan jika penjualan kendaraan energi baru (NEV) di China mencapai 7 juta kendaraan pada 2025. Tingkat penggunaan pabrik bisa turun di bawah 50% sehingga dapat meningkatkan risiko produsen mengalami kerugian saat memproduksi mobil. Oleh karena itu, perusahaan pemurnian di China mulai menerapkan pemotongan atau penghentian produksi sementara.
Meskipun harga lithium saat ini mengalami volatilitas jangka pendek, secara historis harga lithium memang cenderung berfluktuasi akibat gangguan pasokan, perubahan tren konsumen, kondisi geopolitik, dan kemajuan teknologi.
Perusahaan minyak dan gas besar, seperti Exxon dan Chevron, menunjukkan minat dalam industri baterai kendaraan listrik lithium. Lowry, sebuah perusahaan energi swasta, sedang menjajaki investasi dalam aset lithium untuk mendukung transisi energi global. Munculnya konverter lithium dari negara-negara Barat dapat berpotensi mengancam dominasi China, sementara Kanada berupaya untuk memenuhi kebutuhan lithium di Amerika Utara.
Li-FT Power, sebuah perusahaan lithium asal Kanada, berfokus pada pengembangan proyek pegmatit lithium hard rock guna memenuhi permintaan yang terus berkembang.
Meskipun terjadi fluktuasi jangka pendek, prospek jangka panjang untuk litium masih tetap positif karena perannya yang penting dalam upaya dekarbonisasi, khususnya pada kendaraan listrik (EV).
Permintaan global untuk litium karbonat diproyeksikan akan melampaui 2,4 juta metrik ton pada tahun 2030. Dalam BloombergNEF, memperkirakan peningkatan yang terjadi hampir 5x hingga akhir dekade ini yang mana sebagian besar didorong oleh meningkatnya permintaan baterai EV.
Berbeda dengan Goldman Sachs yang mempunyai pandangan pesimis terhadap harga lithium untuk tahun 2024 karena kelebihan pasokan sehingga memproyeksikan penurunan lebih lanjut dibandingkan dengan level saat ini. Awalnya mereka memperkirakan akan terjadi defisit pada 2024, namun kini analis memprediksi bahwa titik terendah pasar mungkin baru terjadi pada tahun 2025.
Goldman Sachs telah menyesuaikan target harga 12 bulan ke bawah untuk Lithium Karbonat di China dan Litium Hidroksida CIF Asia. Mereka memproyeksikan harga lithium karbonat sebesar $13.377 per ton, litium hidroksida pada $14.263 per ton, dan Spodumene 6% pada $1.250 per ton untuk tahun 2024.
Sedangkan S&P Global memperkirakan bahwa harga litium akan stabil mulai tahun 2025 karena surplus yang mulai berkurang, diikuti oleh kenaikan berikutnya.
Melihat kedepan, prospek pasar litium tampak kuat dengan permintaan baterai lithium global yang diperkirakan melonjak lebih dari 30% setiap tahun pada 2030. Lonjakan ini diharapkan akan menghasilkan pasar dengan kapasitas lebih dari 4,7 TWh dan $400 miliar. Menggarisbawahi peran penting litium dalam menopang sektor mobilitas, khususnya di kawasan seperti Uni Eropa (EU) dan Amerika Serikat (US).
Namun hal tersebut bukan berarti terjadi tanpa tantangan. Beberapa perhatian utama kedepannya meliputi memastikan pasokan bahan baku, meningkatkan efisiensi proses industri baterai kendaraan listrik, dan menjaga keberlanjutan.
Hal ini sejalan dengan upaya mendaur ulang baterai dan penggunaan kembali lithium baterai di akhir masa pakai sebagai komponen krusial dalam ekosistem berkelanjutan.