Insights
Patrick Chan
•
10 menit
MemBaca
•
Jun 20, 2024
"Banyak yang mencoba hanya segelintir yang berhasil."
Bagi banyak orang di industri kami, memulai sebuah pasar bursa (exchange) yang sukses adalah seperti holy grail (sesuatu yang sangat diidamkan dan sulit dicapai). Tepat saat saya sedang menyusun artikel ini, diumumkan bahwa Howard Lutnick, Chairman dan CEO dari Cantor Fitzgerald, akan meluncurkan bursa berjangka FMX melalui afiliasi pialangnya. Ini menjadi bagian dari langkah besar untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar yang sudah mapan.
Mengapa begitu banyak orang mengejar mimpi untuk memulai sebuah pasar bursa (exchange), padahal mereka tahu peluang keberhasilannya begitu kecil?
Ya, jawabannya cukup sederhana yaitu potensi keuntungan finansial jauh lebih besar dibandingkan investasi awal, jika bursa dagang tersebut berhasil. Mungkin beberapa dari kalian pernah mendengar mengenai kisah sekelompok mitra yang awalnya menjalankan perusahaan teknologi yang sedang kesulitan, lalu berhasil menjadi pendiri bursa kripto yang sangat sukses. Ditambah lagi dalam waktu singkat berubah menjadi para mogul kripto (orang-orang kaya berpengaruh di dunia kripto).
Dalam dunia exchange, bursa derivatif sangat menarik. Berbeda dengan banyak platform perdagangan sekuritas (saham dan obligasi) yang pasarnya terfragmentasi. Pasar derivatif ini lebih terfokus, tahan terhadap kondisi ekonomi, dan menghadapi persaingan yang lebih sedikit.
Jika kita melihat lebih dalam dari para pesaing industri dalam beberapa dekade terakhir dan mungkin beberapa dari kalian masih ingat singkatan-singkatan seperti JADE, SMX, HKMEX banyak dari mereka kesulitan sejak hari pertama. Apabila kita memasukkan bursa-bursa yang gagal meluncurkan kontrak untuk bersaing dengan bursa yang sudah ada, maka daftarnya akan jauh lebih panjang.
Banyak orang memandang sebelah mata, seperti usaha yang memang sudah ditakdirkan untuk gagal. Namun demikian, penting bagi kita agar belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut.
Pasar terbuka memungkinkan peserta untuk berdagang secara bebas di seluruh bursa, sedangkan pasar tertutup membatasi perdagangan ke bursa domestik. Singapura dan Hongkong akan menjadi contoh atas pasar terbuka, China akan menjadi contoh pasar tertutup dan ada juga pasar seperti Vietnam yang dapat dianggap sebagai pasar semi-tertutup di mana akses ke bursa global diizinkan melalui kondisi dan saluran yang dibatasi.
Bursa, ketika mempunyai legalitas untuk beroperasi di pasar tertutup, maka ia akan dihadapkan pada tugas yang lebih berat ketimbang bursa yang beroperasi di pasar terbuka.
Di pasar terbuka, pelaku pasar biasanya mengambil pendekatan "tunggu dan lihat" sebelum mereka memperdagangkan produk baru atau berdagang di pasar bursa dagang baru. Di pasar tertutup, pelaku pasar tidak memiliki pilihan untuk memperdagangkan pasar global dan biasanya dengan penuh semangat menunggu peluncuran kontrak baru dan memperdagangkannya setelah diluncurkan.
Bagian yang sulit bagi operator platform perdagangan pasar tertutup datang ketika mereka mencoba melibatkan peserta global menggunakan strategi yang sama seperti yang mereka lakukan secara lokal, hanya untuk menemukan bahwa ini adalah permainan bola yang sama sekali berbeda.
Saat ini, konektivitas dan akses ke bursa global sudah sangat maju. Sangat mungkin bahwa siapapun baik institusi maupun trader ritel di pasar terbuka bisa mengakses produk-produk acuan global (global benchmark) melalui broker lokal.
Ini juga berarti bahwa jika sebuah bursa baru menawarkan produk yang mirip dengan produk acuan global yang sudah aktif di bursa lain, kemungkinan besar produk itu tidak akan banyak diminati. Tidak banyak alasan bagi trader berpengalaman untuk mau berpindah ke produk baru tersebut.
Meskipun terdengar seperti hal yang jelas, masih banyak bursa baru yang mengulangi kesalahan yang sama. Ada yang mencoba mengubah ukuran kontrak, ada yang menurunkan biaya transaksi, bahkan ada yang menggratiskan biaya akses data pasar.
Namun, semua itu tidak cukup menarik untuk membuat trader pindah dari pasar yang sudah likuid ke pasar baru dengan produk yang sama. Memang ada pengecualian, tapi itu sangat jarang terjadi.
Sebaliknya, menawarkan produk yang mirip di pasar tertutup bisa menjadi perbedaan tersendiri. Produk seperti ini justru bisa sukses karena kurangnya akses ke produk global. Dalam dua dekade terakhir, bursa baru yang sukses umumnya meliputi:
Diferensiasi produk menjadi alasan utama trader tertarik pada bursa kripto. Jadi, bursa dagang baru di pasar terbuka harus belajar bahwa satu-satunya cara untuk benar-benar sukses besar adalah dengan menawarkan produk yang berbeda dan dibutuhkan oleh pasar.
Membangun jaringan distribusi untuk platform perdagangan (trading platform) baru adalah salah satu tugas tersulit dalam industri ini. Seorang mantan rekan kerja pernah ditugaskan ke bursa baru yang didirikan oleh grup bursa, dan ia menggambarkan pekerjaan itu sebagai pekerjaan yang "melelahkan secara mental dan fisik". Ia pernah berkata, “Kalau Anda tidak menyukai orang di perusahaan, kirim saja dia bekerja di bursa baru.”
Meyakinkan penyedia software dan broker untuk terhubung dan menjadi anggota di bursa baru merupakan bagian dari tugas berat. Meskipun bursa bersedia membayar biaya konektivitas, penyedia software tetap akan menagih biaya pengembangan sistem kepada broker.
Semua kebutuhan biaya dan sumber daya tersebut sangat sulit. Kebanyakan broker lebih memilih mengalokasikan sumber dayanya untuk memasarkan produk yang sudah likuid dan menghasilkan.
Bursa baru sering dianggap sudah "gagal sebelum lahir" jika tidak bisa mendapatkan cukup mitra distribusi. Kalaupun berhasil mendapat beberapa, menyamakan kepentingan antara broker dan bursa tetap menjadi tantangan. Broker harus fokus pada apa yang bisa mendatangkan pendapatan.
Kembali ke contoh bursa kripto, mereka tidak hanya membedakan produknya, tapi juga menunjukkan bahwa distribusi tidak harus mengikuti jalur tradisional. Teknologi bisa menjembatani akses pasar antara pelaku pasar dan bursa selama regulasinya memungkinkan.
Asia Commodity Marketplace (ACM) tidak bisa dibandingkan langsung dengan apa yang ingin dicapai oleh Howard Lutnick dengan FMX. Namun, ACM telah mempertimbangkan berbagai faktor yang telah disebutkan.
Kami bertujuan untuk mengisi ceruk pasar, dengan produk yang berbeda dan sesuai dengan kebutuhan tertentu. Berkantor pusat di Indonesia dengan lisensi dari Kementerian Perdagangan dan Perindustrian, kami ingin menjawab kebutuhan pembiayaan para pelaku komoditas di kawasan ini dan mendemokratisasi ruang pembiayaan komoditas melalui kontrak Repo komoditas kliring kelas dunia.
Model distribusi kami akan menggabungkan saluran tradisional dan non-tradisional sehingga memastikan keselarasan kepentingan mitra kami secara finansial.
Nantikan artikel kami selanjutnya untuk mempelajari produk-produk yang sedang disiapkan dan kunjungi situs web ACM untuk informasi lebih lanjut.