Insights
Dresyamaya Fiona
•
3 minutes
MemBaca
•
Sep 2, 2025

Growth Investing secara tradisional merujuk pada identifikasi aset dengan potensi kuat untuk apresiasi modal dalam jangka panjang. Dalam konteks komoditas, pendekatan ini berfokus pada sektor atau sumber daya yang diperkirakan akan mendapat manfaat dari perubahan struktural ekonomi, kemajuan teknologi, atau pertumbuhan permintaan jangka panjang.
Berbeda dengan strategi yang berfokus pada pendapatan, growth investing dalam komoditas tidak memprioritaskan imbal hasil yang stabil, tetapi justru mencari aset dengan potensi apresiasi harga lebih tinggi meskipun disertai volatilitas yang lebih besar.
Salah satu contoh meliputi komoditas yang terkait dengan ekspansi industri, inovasi teknologi, dan transisi energi global, di mana permintaan di masa depan dapat membentuk kembali tren harga.
Potensi pertumbuhan dalam komoditas dibentuk oleh beberapa pendorong jangka panjang yang melampaui siklus harga jangka pendek. Faktor-faktor ini menciptakan permintaan struktural dan menempatkan komoditas tertentu sebagai pusat perkembangan ekonomi dan industri.
Peningkatan populasi, khususnya di negara berkembang, mendorong permintaan makanan, perumahan, dan infrastruktur. Hal ini meningkatkan konsumsi komoditas pertanian serta logam industri seperti tembaga, baja, dan semen.
Kebijakan dekarbonisasi dan adopsi energi terbarukan mendorong permintaan terhadap sumber daya tertentu. Lithium, kobalt, nikel, dan tembaga sangat penting untuk kendaraan listrik, baterai, dan infrastruktur energi bersih. Gas alam juga memainkan peran transisi dalam mendukung pembangkit listrik seiring berkembangnya sistem energi terbarukan.
Kemajuan teknologi, mulai dari digitalisasi hingga penyimpanan energi bersih, menciptakan permintaan berkelanjutan untuk logam dan mineral khusus. Unsur tanah, misalnya, sangat penting dalam produksi turbin angin, panel surya, dan perangkat elektronik canggih.
Tidak semua komoditas relevan untuk strategi growth investing. Beberapa contoh utama meliputi:
Komoditas ini menunjukkan bagaimana megatrend global beririsan dengan pasar sumber daya, menciptakan peluang yang diawasi ketat oleh investor growth.
Growth investing dalam komoditas membawa risiko penting yang tidak boleh diabaikan:
Menyeimbangkan risiko ini dengan peluang pertumbuhan menjadi pertimbangan utama dalam mengevaluasi strategi berbasis komoditas.
Peralihan menuju sistem energi rendah karbon berpotensi menjadi pendorong paling berpengaruh bagi growth investing dalam komoditas saat ini. Teknologi energi terbarukan, kendaraan listrik, dan proyek elektrifikasi berskala besar membutuhkan jumlah signifikan tembaga, lithium, kobalt, dan logam tanah jarang.
Gas alam juga berperan sebagai penghubung untuk menjaga keandalan jaringan listrik, sementara biofuel terus mendapatkan relevansi dalam dekarbonisasi sektor transportasi. Korelasi antara tujuan keberlanjutan dan permintaan sumber daya inilah yang menegaskan mengapa komoditas tetap menjadi inti tema pertumbuhan jangka panjang.
Growth investing dalam komoditas berperan mengidentifikasi sumber daya yang selaras dengan perubahan global struktural, mulai dari transisi energi hingga ekspansi urban. Komoditas seperti lithium, tembaga, dan produk pertanian menunjukkan bagaimana tren permintaan jangka panjang dapat membentuk peluang baru.
Namun, komoditas tetap bersifat volatil, siklis, dan dipengaruhi faktor regulasi maupun geopolitik. Pendekatan disiplin yang menyeimbangkan potensi imbal hasil dengan risiko sangat penting dalam mengevaluasi strategi ini.
Dengan memahami peran komoditas dalam narasi pertumbuhan global yang lebih luas, pelaku pasar dapat memperoleh wawasan tentang bagaimana aset ini cocok dalam perekonomian dunia yang terus berkembang.